Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa wanita memiliki risiko 40 persen lebih tinggi untuk mengalami depresi saat memasuki fase perimenopause. Perimenopause adalah masa transisi sebelum wanita memasuki masa menopause yang ditandai dengan penurunan kadar hormon estrogen.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Pennsylvania School of Medicine menemukan bahwa perubahan hormon yang terjadi selama perimenopause dapat mempengaruhi kesejahteraan mental wanita. Wanita yang mengalami gejala perimenopause seperti hot flashes, mood swings, dan kesulitan tidur juga cenderung mengalami depresi.
Depresi pada saat perimenopause dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup wanita. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, dan kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk memperhatikan kesejahteraan mental mereka selama masa perimenopause.
Para peneliti juga menyarankan agar wanita yang mengalami gejala perimenopause dan depresi untuk mencari bantuan medis. Konsultasi dengan dokter dapat membantu menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi depresi dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Selain itu, penting juga bagi wanita untuk menjaga gaya hidup sehat selama masa perimenopause. Mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres dapat membantu mengurangi risiko depresi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara perimenopause dan depresi, diharapkan wanita dapat lebih waspada terhadap gejala depresi dan mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan. Kesejahteraan mental adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan, dan perempuan harus memberikan perhatian yang sama pentingnya pada kesejahteraan mental mereka seperti pada kesehatan fisik mereka.